Apakah Boleh Puasa Tanpa Sahur?

Apakah Boleh Puasa Tanpa Sahur?

Pada dasarnya, makan sahur merupakan bagian dari puasa. Sahur sendiri biasanya dilaksanakan ketika menjelang subuh atau sebelum adzan subuh. Secara umum, shaum merupakan ibadah awal yang dilakukan sebelum akan memulai ibadah  puasa.

Namun tidak jarang, banyak orang yang kerpa kali bangun kesiangan, sehingga makan sahur pun terlewatkan sehingga ibadah puasa pun dilakukan tanpa makan sahur. Lantas bagaimana hukum puasa jika tidak makan sahur.? Apakah boleh berpuasa tanpa makan sahur.? Nah untuk menjawab pertanyaan tersebut, simak terus artikel ini hingga selesai.

 

Anjuran makan sahur

Salah satu sunnah yang dianjurkan dalam berpuasa adalah makan sahur. Sebelum akan melaksanakan ibadah puasa, umat Muslim dianjurkan untuk makan sahur terlebih dahulu. Sahur merupakan sebuah istilah yang merujuk kepada aktivitas yang dilakukan pada dini hari bagi mereka yang akan menjalankan ibadah puasa.

Aktivitas dari sahur sendiri bisa berupa menyantap makanan atau meminum sesuatu yang meskipun hanya seteguk saja. waktu sahur yang disunnahkan adalah selepas tengah makam. Makan sahur memang merupakan sebuah ibadah yang tidak diwajibkan, namun dari segi manfaatnya, sahur sangatlah dianjurkan, sebab dapat memberikan energi kepada tubuh agar dapat menjalankan ibadah puasa seharian.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Bersantap sahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada keberkahan,” (HR al-Bukhari).

Aktivitas sahur sendiri dapat berupa menyantap sesuatu walaupun hanya seteguk air. Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan sahur,

“Bersahur itu adalah suatu keberkahan, maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun hanya dengan seteguk air, karena Allah dan para malaikat bershalawat atas orang-orang yang bersahur (makan sahur).” (HR Ahmad).

 

Waktu yang tepat untuk sahur

Waktu sahur yang disunnahkan adalah selepas tengah malam. Utamanya, ia diakhirkan selama tidak sampai masuk waktu yang diragukan. Waktu yang diragukan adalah waktu apakah masih malam atau sudah terbit fajar.

Rasulullah Muhammad SAW menganjurkan kepada umatnya mengakhirkan sahur, sebagai waktu sahur yang tepat. Dalam hadisnya, Rasulullah mengungkapkan:

“Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka,” (HR Ahmad).

Menurut Abu Bakar Al Kalabazi dalam kitab Bahrul Fawaid, maksud waktu sahur yang tepat mengakhirkan sahur yaitu mengerjakan sahur di sepertiga malam terakhir.

“Nabi SAW pernah ditanya, ‘Malam apa yang paling didengar (doa)?’ ‘Sepertiga terakhir malam,’ tegas Nabi SAW. Dalam hadits lain, Nabi SAW berkata, ‘Mengakhirkan sahur ialah bagian dari fitrah.’

Kemungkinan yang dimaksud waktu sahur yang tepat dengan mengakhirkan sahur di sini ialah mengerjakannya di sepertiga terakhir malam. Pada waktu itu doa, ampunan, dan hajat dikabulkan Allah SWT.”

Dari keterangan ini, tujuan mengakhirkan sahur sebagai waktu sahur yang tepat bukan semata untuk makan dan minum. Mengakhirkan sahur dimaksudkan agar diiringi dengan ibadah lain seperti salat malam, zikir, dan berdoa.

Ini mengingat sepertiga malam terakhir adalah waktu yang tepat untuk beribadah. Rasulullah SAW pun terbiasa bangun di sepertiga malam terakhir untuk salat malam.

Penjelasan waktu sahur yang tepat ini didasarkan pada kesaksian Hudzaifah yang pernah makan sahur bersama Rasulullah SAW, yang terekam dalam hadis diriwayatkan Ibnu Majah. Kesaksian ini diperkuat pengakuan Zaid bin Tsabit yang menyatakan dia pernah sahur bersama Rasulullah SAW, kemudian mengerjakan salat subuh.

 

Hukum sahur adalah sunnah

Meskipun sahur merupakan anjuran yang kuat yang ditekankan oleh Rasulullah, namun tidak ada hadis yang mewajibkan seseorang untuk makan sahur ketika akan berpuasa. Dalam Islam tidak pernah ada aturan yang menyatakan bahwa inti dari puasa atau syarat wajib puasa adalah sahur.

Maka dari itu, dapat diambil kesimpulan bahwa boleh berpuasa apabila tidak makan sahur, namun akan jauh lebih baik jika berpuasa diawali dengan makan sahur.

Apa Hikmah Dari Berkurban?

Apa Hikmah Dari Berkurban?

Idul adha merupakan hari raya terbesar kedua umat Muslim setelah Idul Fitri. Menjelang hari raya idul adha, umat Muslim biasanya akan merayakannya dengan cara shalat ied secara berjamaah yang kemudian dilanjutkan dengan acara qurban atau menyembelih hewan ternak.

Hewan ternak yang akan disembeli juga tidak sembarangan. Setiap hewan qurban harus memenuhi standar syarat untuk di qurban seperti sehat, tidak sakit, tidak cacat dan lain sebagainya. Seerti yang dikethaui, asal ibadah qurban sendiri diceritakan berdasarkan kisah nabi Ibrahim bersama dengan anaknya Ismail, yang dimana nabi Ibrahim dimintai untuk menjalankan printah dengan menyembelih anaknya yaitu Ismail. Singkat cerita, ketika Nabi Ibrahim hendak menyembelih anaknya, maka dengan secara tiba tiba berubah menjadi sosok domba kibas. Menurut satu riwayat, Malaikat Jibril datang membawa domba kibas itu dan sempat melihat Nabi Ibrahim dalam proses akan menyembelih putranya.

Melihat ketaatan Nabi Ibrahim, malaikat Jibril kagum dan mengagungkan asma Allah, “Allaahu Akbar, Allaahu Akbar.” Nabi Ibrahim berseru “Laa Ilaaha Illallaahu Allaahu Akbar”. Ismail mengikutinya dengan mengucap “Allaahu Akbar wa Lillaahil Hamdu”. Lafal ini yang kemudian sebagai bacaan takbir saat Hari Raya Idul Adha.

 

Keutamaan Qurban Idul Adha

Allah SWT telah menjanjikan beberapa keutamaan bagi umat Muslim yang menunaikan ibadah kurban, di antaranya adalah:

 

1. Dihapuskan dosa dan salahnya.

asulullah SAW, bersabda kepada anaknya, Fatimah, ketika beliau ingin menyembelih hewan qurban. ”Fatimah, berdirilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pada saat awal tetesan darah itu dari dosa-dosa yang kamu lakukan. Dan bacalah: Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah SWT, Tuhan Alam Semesta.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi).

 

2. Hewan kurbannya akan menjadi saksi amal ibadah di hari kiamat nanti.

Dari Aisyah, Rasulullah SAW, bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih dicintai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduktanduknya, kuku-kukunya, dan bulu-bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah (sebagai qurban) di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” (HR. Ibn Majah dan Tirmidzi).

 

3. Orang yang berkurban dicintai Allah.

Bersumber dari hadist pada poin tersebut di atas, berkurban termasuk amalan yang dicintai Allah. Itu berarti bahwa setiap hamba yang melaksanakannya akan memperoleh kecintaan dari-Nya.

 

4. Orang berkurban dibalas dengan kebaikan dan pahala yang berlimpah.

Dari Zaid ibn Arqam, mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” (HR. Ahmad dan ibn Majah).

Puasa Senin Kamin Anjuran Rasulullah

Puasa Senin Kamin Anjuran Rasulullah

Selain puasa wajib, dalam Islam juga terdapat puasa sunnah yang dimana bagi siapa yan melaksanakannya maka akan mendapatkan pahala dan bagi siapa yang tidak melaksanakannya maka tidak akan berdosa. Ada berbagai macam jenis puasa sunnah, salah satunya adalah puasa senin kamis.

Puasa ini merupakan puasa yang telah dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW. Tata cara puasa Senin Kamis sama dengan berbagai puasa sunah lainnya. Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, “Bahwa Nabi Muhammad lebih sering berpuasa pada hari Senin dan Kamis. Amalan-amalan manusia diajukan kepada Allah setiap hari Senin dan Kamis, maka saya senang apabila amalan saya (pada hari tersebut) dan saya berpuasa pada hari tersebut.” (H.R. Ahmad).

Adapula sebuah riwayat yang menegaskan akan puasa senin kamis, terkait diangkatnya amalan kepada Allah, seseorang yang tidak berbuat syirik, akan akan mendapatkan ampunan-Nya, “Pintu surga dibuka pada Senin dan Kamis. Setiap hamba yang tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun akan diampuni kecuali seseorang yang bermusuhan dengan saudaranya.” (H.R. Muslim).

 

Niat Puasa Sunnah Senin Kamis di Bulan Syaban

Niat puasa Sya’ban dapa dilakukan ketika malam hari atau pai hari dengan syarat belum makan dan minum sejak pagi dan berkeinginan untuk melaksanakan puasa. 

 

1. Niat Puasa Sunnah Syaban

“Nawaitu shauma ghadin ‘an syahri sya’ban sunnatan lillaahi ta’ala.”

Artinya: Saya niat berpuasa besok dari bulan Syaban sunnah karena Allah Ta’ala.

 

2. Niat Puasa Sunnah Senin Kamis

“Nawaitu Shouma Yaumal Itsnaini Sunnatal Lillaahi Ta’aalaa.”

Artinya: “Saya niat puasa pada hari senin, sunat karena Allah Ta’aalaa.”

“Nawaitu Shouma Yaumal Khomiisi Sunnatal Lillaahi Ta’aalaa.”

Artinya: “Saya niat puasa pada hari kamis, sunat karena Allah Ta’aalaa.”

 

Hukum Puasa Senin Kamis di Bulan Syaban

Melaksanakan puasa senin kamis di bulan syaban boleh untuk dilakukan apabila memang telah menjadi kebiasaan yang telah dilaksanakan setiap bulannya dan tidak hanya di bulan syaban saja, hal ini juga telah diriwayatkan dalam sebuah hadis, Aisyah RA berkata, “Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam berpuasa pada seluruh bulan Sya’ban. (Maksudnya) berpuasa di bulan Sya’ban kecuali sedikit (beberapa hari yang tidak berpuasa)” (HR. Bukhari & Muslim).

Meski demikian terdapat larangan untuk melakukan puasa sunnah pada pertengahan Syaban. Rasulullah SAW bersabda, “Kalau telah memasuki pertengahan Sya’ban, maka janganlah kalian berpuasa.” (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Tirmidzi, 590).

 

Tata Cara Puasa Senin Kamis di Bulan Syaban

1. Membaca Niat Puasa

Sama halnya dengan menunaikan puasa pada umumnya, puasa syaban juga harus disertai dengan niat seperti niat yang telah dijelaskan sebelumnya.

 

2. Makan sahur

 “Pembeda antara puasa kita dengan puasanya Ahli Kitab adalah makan sahur” (HR. Muslim).

 

3. Menahan diri dari hal yang membatalkan puasa

Agar puasa menjadi sah dan tidak sia sia, bagi seorang Muslim yang menunaikannya harus dapat menahan diri dari berbagai macam hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum, bersetubuh, dan lain sebagainya yang membatalkan puasa.

 

4. Memperbanyak amal ibadah

Tidak hanya menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa, seorang muslim dapat memperbanyak amal ibadah yang dapat mendatangkan pahala yang luar biasa.

Apakah Qurban Itu Wajib?

Apakah Qurban Itu Wajib?

Selain menunaikan Haji, umat Muslim juga merayakan Idul Adha setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Idul adha dirayakan dengan cara shalat ied secara berjamaah yang setelahnya dilanjutkan dengan acara qurban atau menyembelih hewan ternak. 

Hewan ternak yang akan dijadikan hewan qurban juga harus memenuhi syarat hewan qurban yakni

  1. Merupakan hewan ternak

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap bahimatul an’am (binatang ternak) yang telah direzekikan Allah kepada mereka” (QS. Al Hajj: 34).

  1. Memiliki usia yang cukup
  • Sapi dan kerbau:  Dua tahun lebih.
  • Unta: Lima tahun atau lebih.
  • Domba: Satu tahun lebih atau sudah berganti giginya.
  • Kambing: Dua tahun lebih.
  1. Hewan dalam kondisi sehat dan tidak cacat.
  2. Hewan milik sendiri

 

Apakah Qurban Itu Wajib

Hukum menyembelih hewan adalah sunnah muakkad bagi mazhab Syafi’i dan Maliki. Sunnah muakkad artinya sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan. Sementara bagi mazhab Hanafi dan Hambali, hukum ibadah kurban Idul Adha adalah wajib bagi yang mampu dan bermukim atau menetap di suatu tempat dalam kurun beberapa waktu.

 

Syarat Orang Ber qurban

Bagi siapa saja yang akan berqurban berikut sejumlah syarat yang harus dipenuhi

1. Beragama Islam

Berkurban ialah wajib bagi yang beragama Islam. Apabila yang berkurban tidak beragama Islam atau nonmuslim, hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai berkurban, melainkan hanya menyembelih hewan ternak.

Meskipun begitu, sumbangan hewan kurban yang diberikan oleh nonmuslim tetap dapat diterima sebagai sedekah.

 

2. Berakal dan baligh

Umat Muslim yang hendak berkurban harus berakal sehat (tidak gila atau sedang mabuk) dan baligh atau telah mencapai usia dewasa. Oleh karena itu, anak-anak tidak tergolong dalam orang-orang yang wajib berkurban.

 

3. Merdeka

Merdeka dalam arti umat Muslim yang ingin berkurban bukanlah hamba sahaya atau budak. Hamba sahaya adalah seseorang yang harus membayar sejumlah uang untuk menebus dirinya sendiri. Karena itu, tidak ada tuntutan wajib berkurban bagi seseorang yang belum merdeka untuk berkurban.

 

4. Mampu secara finansial

Berkurban diwajibkan bagi orang yang sudah mampu secara finansial. Sebelum membeli hewan kurban, harus sudah menyelesaikan kewajiban nafkah sehari-hari bagi keluarganya. Apabila hal tersebut sudah terpenuhi, barulah kita bisa ikut berkurban.

 

5. Tidak terlilit utang

Apabila memiliki utang yang belum dilunasi, tidak ada kewajiban untuk berkurban. Akan lebih baik, diselesaikan atau dilunasi terlebih dahulu utang-utang yang ada, barulah menabung untuk membeli hewan kurban. Ingat ya, Bela, Islam tidak memberatkan umatnya bagi yang ingin beribadah.

 

Keutamaan Qurban Idul Adha

Menunaikan ibadah qurban memilki cukup banyak keutamaan dan berikut beberapa keutamaan jika melaksanakan ibadah qurban.

 

Dihapuskan dosa dan salahnya.

Rasulullah SAW, bersabda kepada anaknya, Fatimah, ketika beliau ingin menyembelih hewan qurban. ”Fatimah, berdirilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pada saat awal tetesan darah itu dari dosa-dosa yang kamu lakukan. Dan bacalah: Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah SWT, Tuhan Alam Semesta.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi).

 

Hewan kurbannya akan menjadi saksi amal ibadah di hari kiamat nanti.

Dari Aisyah, Rasulullah SAW, bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih dicintai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduktanduknya, kuku-kukunya, dan bulu-bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah (sebagai qurban) di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” (HR. Ibn Majah dan Tirmidzi).

 

Orang berkurban dibalas dengan kebaikan dan pahala yang berlimpah.

Dari Zaid ibn Arqam, mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” (HR. Ahmad dan ibn Majah).

Ini Beberapa Amalan Nisfu Syaban

Ini Beberapa Amalan Nisfu Syaban

Nisfu Sya’ban merupakan hari pertengahan bulan atau tepatnya tanggal 15 pada bulan Syaban. Malam Nisfu Sya’ban sendiri merupakan bulan yang mulia setelah malam Lailatul Qadar. Ada banyak keutamaan dari malam Nisfu Sya’ban dan salah satunya adalah malam yang menjadi malam pengabulan permohonan kepada hamba-Nya yang soleh pada malam Nisfu Syaban seperti hadits riwayat Imam Ibn Majah.

Menurut beberapa narasumber, pada malam Nisfu Sya’ban malaikat pencatat amal sehari hari manusia yakni Raqib dan Atid akan menyerahkan catatan amal manusia kepada Allah SWT. Maka dari itu, umat Muslim dianjurkan untuk melakukan amal amal kebaikan pada bulan ini.

 

 Amalan Nisfu Syaban

Ada berbagai amal yang dapat dilaksanakan pada malam Nisfu Sya’ban dan berikut beberapa amalan yang  dianjurkan utnuk dilakukan.

 

1. Membaca Doa Malam Nisfu Syaban

Membaca doa malam Nisfu Syaban menjadi amalan pertama yang  dapat saudara lakukan pada malam tersebut. adapun doanya sebagai berikut.

“Allaahumma innaka ‘afuwwun- kariimung-tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni. Allaahumma innii asalukal ‘afwa wal ‘aafiyata wal mu’aafaataddi imati fiddiini waddunyaa wal aakhiroh.”

Artinya:

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Pemurah, Engkau suka memaafkan maka maafkanlah aku. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon maaf, afiyah, dan keselamatan yang terus-menerus dalam agama dan dunia serta akhirat.”

Adapun doa lainnya yang dapat diamalkan didasarkan pada hadits riwayat Abu Bakar bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

ينزل الله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء، إلا لرجل مشرك أو رجل في قلبه شحناء

Artinya, 

“(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan),” (HR Al-Baihaqi).

 

2. Melaksanakan Sholat Sunnah Tasbih

Para ulama juga menyebutkan bahwa pada malam Nisfu Syaban kita dianjurkan untuk melaksanakan sholat tasbih. Hal ini diajarkan Rasulullah SAW kepada paman Beliau yakni Sayyidina Abbas ra.

 

3. Berpuasa

Rasulullah bersabda, “Bulan Syaban adalah bulan yang biasa dilupakan orang karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadhan. Bulan Syaban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku aku dalam keadaan sedang berpuasa,” (HR Abu Dawud).

 

Niat puasa malam Nisfu Syaban:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ شَعْبَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adaa’i sunnati Sya’bana lillaahi ta’aalaa.

Artinya: Aku berniat puasa sunnah Syaban esok hari karena Allah Ta’ala.

 

4. Membaca Surat Yasin 3 Kali

Ketika mendapati malam Nisfu Syaban kita juga dianjurkan untuk membaca yasin sebanyak 3x dengan niat yang berbeda beda. bacaan pertama diniatkan kepada Allah agar diberikan umur yang panjang, sednagkan untuk bacaan kedua diniatkan agar diajuhkan dari bala serta diberikan rezeki yang banyak, sementara untuk bacaan ketiganya diniatkan tidak tergantung hidupnya kepada orang lain dan diberikan husnul khatimah.

 

5. Membaca Al Quran dan Surat Al Waqiah

Pada malam Nisfu Syaban kita dianjurkan untuk membaca Al Quran. Surat yang dibaca selain Surat Yasin, bisa Surat Al Waqiah.

Dilansir buku ‘Aku Yakin Menjadi Kaya (Dilengkapi Do’a dan Zikir) karya Kholidin, surat Al Waqiah dibaca pada malam hari. Jika dibaca pada malam Nisfu Syaban, manfaatnya akan berlipat ganda.

 

6. Membaca Kalimat Tahlil

Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minadzdzoolimiin

Artinya: “Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”

Berapa Hari Puasa Rajab Itu?

Berapa Hari Puasa Rajab Itu?

Puasa rajab merupakan puasa sunnah yang memiliki banyak keutamaan. Rajab sendiri 4 bulan suci yang dimuliakan Allah SWT. Di bulan ini, Umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah. Bulan rajab juga menjadi bulan yang baik untuk mempersiapkan bulan ramadhan. Itu sebabnya, rajab menjadi bulan yang baik untuk berpuasa. 

 

Berapa Hari Puasa Rajab Itu?

Melaksanakan puasa di bulan rajab sebenarnya tidaklah memiliki ketentuan terkait berapa lama puasa harus dilaksanakan melainkan puasa dapat dilaksanakan berdasarkan dengan kemampuan setiap orang masing masing, misalnya 3 hari, 7 hari, bahkan sebulan penuh. 

 

Keistimewaan bulan rajab

Keistimewaan bulan Rajab dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis. Berikut bunyi ayat dan hadisnya:

Dari Abi Bakrah RA bahwa Nabi SAW bersabda:

“Setahun ada dua belas bulan, empat darinya adalah bulan suci. Tiga darinya berturut-turut; Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharam dan Rajab”. (HR. Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad).

Allah Ta’ala berfirman dalam QS. At Taubah: 36

”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.”

 

Puasa rajab berapa hari?

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa tidak ada ketntutan yang mewajibkan berada lama pausa rajab, melainkan dilakukan berdasarkan dengan kemamuan masing masing. puasa dapat dilakukan selama satu hari, 7 hari, 8 hari, hingga 10 hari. Puasa bulan rajab termasuk puasa sunah yang bisa dilakukan berapapun harinya karena ini merupakan bulan yang mulia. Ini sesuai dengan hadis:

Rasulullah bersabda: “Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia puasa selama sebulan. Bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu neraka jahanam. Bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga. Dan apabila puasa 10 hari maka Allah akan mengabulkan semua permintaannya.” (HR. At-Thabrani).

 

Puasa 27 rajab

Pada 27 Rajab, umat Islam menyambut Isra’ Mi’raj dengan penuh suka cita. Berbagai ibadah dilakukan seperti dzikir, doa, sholat sunnah dan puasa 27 Rajab. Puasa 27 Rajab termasuk dalam puasa sunnah. Pada dasarnya puasa sunnah memang dianjurkan dilaksanakan untuk memperoleh kemuliaan Allah.

Puasa sunnah dapat dilakuakan kapan saja kecuali hari-hari tertentu yang dilarang. Bulan Rajab bukan termasuk hari-hari yang dilarang berpuasa. Jadi, puasa 27 rajab termasuk puasa sunah yang punya banyak manfaat. Menurut catatan Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya, sebuah hadis mengatakan:

“Saya bertanya kepada Sa’id Ibn Jubair tentang puasa Rajab, beliau menjawab berdasarkan kisah dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah SAW senantiasa berpuasa sampai kami berkata nampaknya beliau akan berpuasa seluruh bulan. Namun suatu saat beliau tidak berpuasa sampai kami berkata, nampaknya beliau tidak akan puasa sebulan penuh.” (HR: Muslim)

Hadis ini menunjukan Rasulullah pernah mengerjakan puasa di bulan Rajab walaupun tidak sebulan penuh.

Dalil Puasa Ramadan dalam Al Quran

Dalil Puasa Ramadan dalam Al Quran

Menjelang bulan suci ramadhan, Umat Muslim diwajibkan untuk menunaikan ibadah puasa yang akan dilaksanakan selama satu bulan lamanya. Puasa sendiri berasal dari kata kata shaum atau shiyam yang artinya menahan. Sementara berdasarkan istilah, puasa artinya menahan diri dari berbagai macam hal yang dapat membatalkan puasa yang dimulai dari terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari.

Ibadah puasa ramadhan sendiri memiliki banyak keutamaannya, salah satunya telah dikatakan oleh Imam Al Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin bahwa puasa menjadi sangat istimewa dibandingkan ibadah lainnya. Sebab, Allah SWT akan memberikan ganjaran langsung kepada hamba-Nya.

 

Dalil Puasa Ramadan yang Terdapat dalam Al Quran

Ada sejumlah dahlil yang menerangkan terkait ibadah puasa ramadhan, salah satunya telah tercantum di dalam surat Al Baqarah, yakni pada ayat-ayat berikut ini:

 

1. Surat Al Baqarah Ayat 183

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ١٨٣

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”

 

2. Surat Al Baqarah Ayat 184

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ١٨٤

Artinya: “(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

 

3. Surat Al Baqarah Ayat 185

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ١٨٥

Artinya: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.”

 

4. Surat Al Baqarah Ayat 187

لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۚ فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عَاكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ١٨٧

Artinya: “Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa.”

Apa Keutamaan Idul Fitri?

Apa Keutamaan Idul Fitri?

Idul fitri merupakan hari raya terbesar bagi umat Muslim. Idul fitri juga kerap kali disebut sebagai hari untuk berbuka, sebab sebelum merayakan hari raya Idul Fitri, umat Muslim terlebih dahulu melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh di bulan ramadhan.

 

Keutamaan Idul Fitri

Sebagai hari raya terbesar Umat Muslim, Idul Fitri memiliki cukup banyak keutamaan dan berikut beberapa keutamaan dari hari raya idul fitri.

 

1. Hari penuh kebahagiaan dan kegembiraan

Menyambut datangnya hari raya idul fitri, Umat Muslim di seluruh dunia akan berbahagia dan bersukacita. Kebahagiaan dan kegembiraan ini adalah karena Allah SWT akan menganugerahkan pahala dan ampunan kepada mereka yang berhasil menyempurnakan ibadahnya.

Allah berfirman dalam Alquran yang artinya, “Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58).

 

2. Hari yang baik

Hari raya Idul fitri juga menjadi hari yang baik bagi umat Muslim, sebab Idul Fitri hendaknya diisi dengan dzikir, rasa syukur dan sera ampunan. Sebab, itulah yang menjadi ciri ciri yang membedakan antara hari raya pada masa jahiliyah dengan hari raya pada masa Islam.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau sampai di Madinah, “Allah telah memberi ganti bagi kalian dua hari yang jauh lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. Ab Daud dan An-Nasa’i).

 

3. Hari kembali berbuka

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hari raya idul fitri merupakan hari kembali berbuka, sebab ketika merayakan hari raya Idul Fitri, umat Muslim dilarang untuk berpuasa dan bahkan diharamkan bagi mereka berpuasa di hari raya Idul Fitri.

 “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah keluar pada hari Idul Fitri (ke tempat shalat) sampai beliau makan beberapa kurma terlebih dahulu. Beliau memakannya dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Bukhari).

Karena itu, disunahkan untuk makan terlebih dahulu sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri. Dilarang pula untuk berpuasa di hari raya Idul Fitri, sebab hari itu merupakan pertanda bahwa puasa Ramadhan telah berakhir.

 

4. Hari kembali menjadi suci

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

5. Hari pembagian pahala dan ampunan

Dari ibni mas’ud RA, dari Nabi Muhammad SAW: “Tatkala umat nabi melaksanakan puasa ramadhan dan mereka keluar untuk melaksanakan salat ‘ied, maka Allah berfirman: Wahai malaikatku, setiap yang telah bekerja mendapatkan upahnya, Dan hamba-hambaku yang melaksanakan puasa ramadhan dan keluar rumah untuk melaksanakan salat Ied dan memohon upah atau ganjaran mereka, maka saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah memaafkan mereka,”

Sengajah Muntah Puasa Batal Tidak?

Sengajah Muntah Puasa Batal Tidak?

Muntah merupakan suatu kondisi dimana isi perut seperti makanan atau minuman akan keluar melalui mulut. Dalam kondisi ini biasanya disebabkan oleh masalah kesehatan atau dilakukan secara sengaja. Kondisi muntah ini sendiri dianggap dapat membatalkan puasa, namun ada beberapa ketentuan yang dalam kondisi tertentu muntah tidak membuat puasa jadi batal. Lantas bagaimana sebenarnya muntah yang membatalkan puasa dengan muntah yang tidak membatalkan puasa.?

 

Muntah yang Membatalkan Puasa dengan yang Tidak

Banyak orang yang beranggapan bahwa muntah merupakan suatu hal yang membatalkan puasa, sehingga tidak jarang orang yang telah muntah akan membatalkan puasanya dengan sengaja untuk makan dan minum. Nah agar anda tidak salah tindakan, baca penjelasan berikut.

 

Muntah yang Membatalkan Puasa

Sebelum membahas mengenai apa saja muntah yang dapat membatalkan puasa, islam sendiri telah menetapkan hukum tentang muntah ketika berpuasa yang tercantum dalam hadis berikut.

“Barangsiapa muntah dengan tidak sengaja, jika ia sedang berpuasa maka tidak wajib qadha atasnya. Dan barangsiapa muntah dengan sengaja maka wajib qadha.” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi).

Dari penjelasan hadis tersebut dijelaskan bahwa muntah ketika berpuasa tergantung pada apakah hal tersebut dilakukan secara disengaja atau tidak. Apabila seseornag muntah secara sengaja, maka munah tersebut dapat membatalkan puasa dan wajib bagi mereka untuk menggantinya. Sementara apabila seseorang muntah secara tidak sengaja maka puasanya akan tetap sah.

Muntah yang disengaja ini misalnya seseorang memasukkan sesuatu ke dalam mulut yang pada akhirnya menyebabkan muntah, baik muntah sedikit maupun banyak. Apabila terjadinya kesenjangan tersebut, tetap akan membatalkan puasa.

Muntah yang membatalkan puasa apabila seseorang yang telah muntah secara tiba tiba kemudian menelannya kembali yang padahal ia dapat memuntahkannya. Selain dari itu, ketika muntah tersebut telah sampai ke mulutnya lalu menelannya kembali, maka ia wajib untuk mengganti puasa tersebut. Sebab dalam kondisi ini dinilai sama saja dengan menelan makanan.

 

Muntah yang Tidak Membatalkan Puasa

Puasa yang tidak membatalkan puasa terjadi apabila tidak secara disengaja muntah.Muntah ini merupakan muntah yang tidak dapat dikendalikan atau disebut dengan muntah yang menguasai diri. Jadi ketika muntah yang terjadi secara tidak sengaja maka hukumnya adalah sah untuk lanjut berpuasa.

Muntah yang dapat membatalkan puasa juga dapat meliputi muntah yang bergerak turun kembali dengan sendirinya. Jadi, jika seseorang ingin segera muntah tetapi berhenti di pangkal tenggorokan dan belum sampai ke mulut, maka puasa tidak batal.

 

Penyebab Muntah

Untuk mengantisipasi muntah yang terjadi, baik disengaja maupun tidak disengaja, ada baiknya untuk mengetahui apa penyebab seseorang bisa mengalami muntah. Berikut ini beberapa penyebab seseorang bisa muntah:

 

1. Keracunan Makanan

Beberapa jenis infeksi virus dapat menjadi salah satu penyebab dari terjadinya muntah atau mual. Seseorang dapat terkena racun ketika menelan makanan atau minuman yang didalamnya terkandung virus, bakteri atau toksin.

 

2. GERD

GERD menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya muntah pada seseorang. Sakit maag atau penyakit refluks gastroesofagus (GERD) dapat menyebabkan isi perut kembali ke kerongkongan ketika makan. Hal ini dapat menciptakan sensasi terbakar yang menyebabkan mual dan muntah.

 

3. Gastroparesis

Gastroparesis dapat membuat perut mengosongkan diri jauh lebih lambat dari yang seharusnya terjadi. Gangguan ini menyebabkan adanya beberapa gejala yang mencakup mual, muntah, merasa mudah kenyang, dan pengosongan lambung yang lambat.

Nah itualah sekilas penjelasan terkait muntah yang membatalkan puasa dnegan muntah yang tidak membatalkan puasa.

Sahur Lebih Baik Mendekati Imsak

Sahur Lebih Baik Mendekati Imsak

Bulan ramadhan merupakan bulan yang identik dengan puasa. Sebab selama bulan ramadhan, umat Muslim di seluruh dunia diwajibkan untuk berpuasa. Ibadah puasa sendiri merupakan ibadah yang diakuan dengan cara menahan lapar dan haus seharian penuh. Selain lapar dan haus, umat Muslim yang sednag berpuas ajuga diwajibkan untuk menghindari berbagai hal yang dapat membatalkan puasa.

Sebelum menunaikan ibadah puasa, umat Muslim disunnahkan untuk makan sahur. Waktu sahur biasanya dilakukan menjelang imsak. Namun sayangnya, tidak jarang banyak orang yang terkadang melewatkan waktu sahur dikarenakan bagun kesiangan, sehingga tidak jarang pula banyak yang menyantap sahur lebih awal.

Sahur memang bukan kewajiban, tapi dianjurkan oleh nabi Muhammad SAW. Hal tersebut disampaikan dalam hadist yang diriwayatkan dari Anas bin Malik: “Sahurlah karena di sana terdapat keberkahan,”(HR Bukhari: 1923). Nabi Muhammad SAW juga telah menganjurkan soal waktu yang tepat untuk makan sahur sesuai dengan sunnahnya. Anjuran itu sudah diterangkan dalam banyak hadist.

Hadist tersebut berbunyi, “Umatku berada dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur,” (HR Ahmad). Penafsiran kata ‘mengakhirkan sahur’ diartikan untuk makan sahur di sepertiga terakhir malam. Waktu Sahur yang Tepat Menurut Medis

Waktu sahur sangat dinantikan bagi umat muslim yang melaksanakan ibadah puasa. Waktu sahur yang tepat bukan tengah malam seperti yang banyak orang lakukan. Lebih cepat sahur, justru hal yang tidak dianjurkan, dalam ajaran Islam dan ilmu kedokteran.

Melakukan sahur di tengah malam seperti jam 12 pagi, jam 1 pagi dan jam 2 pagi bukanlah waktu yang tepat untuk sahur. Saat itu, tubuh akan lebih mudah lemas saat berpuasa keesokan harinya. Puasa bukan hanya sekedar menjaga rasa haus dan lapar, tetapi puasa merupakan upaya untuk mengontrol asupan makanan dan minuman. Waktu sahur yang benar adalah jam 3 pagi atau sebelum subuh. Sahur yang dilakukan saat ini akan membuat tubuh lebih berenergi keesokan harinya. Jangan sampai puasa benar-benar mempengaruhi kesehatan tubuh kamu. Makanan ini bekerja seperti sarapan di pagi hari. Tubuh yang jarang sarapan lebih rentan mengalami gangguan kesehatan, serta melewatkan waktu makan. Manfaat sahur bagi kesehatan yang dilakukan pada waktu sahur yang tepat dapat berdampak pada sistem pencernaan, sistem peredaran darah, dan metabolisme.

 

Waktu Sahur yang Tepat Menurut Rasulullah SAW

Jika mengikuti Rasulullah, waktu sahur yang tepat adalah mendekati subuh. Setelah sahur, seorang muslim tidak lagi tidur melainkan langsung melaksanakan sholat subuh dan kegiatan lainnya. Inilah yang menjadikan adanya segudang manfaat sahur bagi kesehatan.

“Kami telah bersahur bersama Rasulullah SAW, kemudian kami berdiri mengerjakan salat subuh. Aku bertanya kepada Zaid, ‘Berapa lama waktu antara habis sahur dengan salat subuh?’, Zaid menjawab, “Kadar membaca 50 ayat Al-Qur’an.” (HR Muslim).

Allah dan para malaikat akan bersalawat bagi orang yang melaksanakan sahur. Rasulullah SAW bersabda tentang waktu sahur yang tepat,

“Bersahur itu adalah suatu keberkahan, maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun hanya dengan seteguk air, karena Allah dan para malaikat bersalawat atas orang-orang yang bersahur (makan sahur).” (HR Ahmad).