Apakah Qurban Itu Wajib?

Apakah Qurban Itu Wajib?

Selain menunaikan Haji, umat Muslim juga merayakan Idul Adha setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Idul adha dirayakan dengan cara shalat ied secara berjamaah yang setelahnya dilanjutkan dengan acara qurban atau menyembelih hewan ternak. 

Hewan ternak yang akan dijadikan hewan qurban juga harus memenuhi syarat hewan qurban yakni

  1. Merupakan hewan ternak

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap bahimatul an’am (binatang ternak) yang telah direzekikan Allah kepada mereka” (QS. Al Hajj: 34).

  1. Memiliki usia yang cukup
  • Sapi dan kerbau:  Dua tahun lebih.
  • Unta: Lima tahun atau lebih.
  • Domba: Satu tahun lebih atau sudah berganti giginya.
  • Kambing: Dua tahun lebih.
  1. Hewan dalam kondisi sehat dan tidak cacat.
  2. Hewan milik sendiri

 

Apakah Qurban Itu Wajib

Hukum menyembelih hewan adalah sunnah muakkad bagi mazhab Syafi’i dan Maliki. Sunnah muakkad artinya sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilakukan. Sementara bagi mazhab Hanafi dan Hambali, hukum ibadah kurban Idul Adha adalah wajib bagi yang mampu dan bermukim atau menetap di suatu tempat dalam kurun beberapa waktu.

 

Syarat Orang Ber qurban

Bagi siapa saja yang akan berqurban berikut sejumlah syarat yang harus dipenuhi

1. Beragama Islam

Berkurban ialah wajib bagi yang beragama Islam. Apabila yang berkurban tidak beragama Islam atau nonmuslim, hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai berkurban, melainkan hanya menyembelih hewan ternak.

Meskipun begitu, sumbangan hewan kurban yang diberikan oleh nonmuslim tetap dapat diterima sebagai sedekah.

 

2. Berakal dan baligh

Umat Muslim yang hendak berkurban harus berakal sehat (tidak gila atau sedang mabuk) dan baligh atau telah mencapai usia dewasa. Oleh karena itu, anak-anak tidak tergolong dalam orang-orang yang wajib berkurban.

 

3. Merdeka

Merdeka dalam arti umat Muslim yang ingin berkurban bukanlah hamba sahaya atau budak. Hamba sahaya adalah seseorang yang harus membayar sejumlah uang untuk menebus dirinya sendiri. Karena itu, tidak ada tuntutan wajib berkurban bagi seseorang yang belum merdeka untuk berkurban.

 

4. Mampu secara finansial

Berkurban diwajibkan bagi orang yang sudah mampu secara finansial. Sebelum membeli hewan kurban, harus sudah menyelesaikan kewajiban nafkah sehari-hari bagi keluarganya. Apabila hal tersebut sudah terpenuhi, barulah kita bisa ikut berkurban.

 

5. Tidak terlilit utang

Apabila memiliki utang yang belum dilunasi, tidak ada kewajiban untuk berkurban. Akan lebih baik, diselesaikan atau dilunasi terlebih dahulu utang-utang yang ada, barulah menabung untuk membeli hewan kurban. Ingat ya, Bela, Islam tidak memberatkan umatnya bagi yang ingin beribadah.

 

Keutamaan Qurban Idul Adha

Menunaikan ibadah qurban memilki cukup banyak keutamaan dan berikut beberapa keutamaan jika melaksanakan ibadah qurban.

 

Dihapuskan dosa dan salahnya.

Rasulullah SAW, bersabda kepada anaknya, Fatimah, ketika beliau ingin menyembelih hewan qurban. ”Fatimah, berdirilah dan saksikan hewan sembelihanmu itu. Sesungguhnya kamu diampuni pada saat awal tetesan darah itu dari dosa-dosa yang kamu lakukan. Dan bacalah: Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah SWT, Tuhan Alam Semesta.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi).

 

Hewan kurbannya akan menjadi saksi amal ibadah di hari kiamat nanti.

Dari Aisyah, Rasulullah SAW, bersabda: “Tidak ada amalan anak cucu Adam pada hari raya qurban yang lebih dicintai Allah melebihi dari mengucurkan darah (menyembelih hewan qurban), sesungguhnya pada hari kiamat nanti hewan-hewan tersebut akan datang lengkap dengan tanduktanduknya, kuku-kukunya, dan bulu-bulunya. Sesungguhnya darahnya akan sampai kepada Allah (sebagai qurban) di manapun hewan itu disembelih sebelum darahnya sampai ke tanah, maka ikhlaskanlah menyembelihnya.” (HR. Ibn Majah dan Tirmidzi).

 

Orang berkurban dibalas dengan kebaikan dan pahala yang berlimpah.

Dari Zaid ibn Arqam, mereka berkata: “Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka menjawab: “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.” Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?” Rasulullah menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” (HR. Ahmad dan ibn Majah).

Ini Beberapa Amalan Nisfu Syaban

Ini Beberapa Amalan Nisfu Syaban

Nisfu Sya’ban merupakan hari pertengahan bulan atau tepatnya tanggal 15 pada bulan Syaban. Malam Nisfu Sya’ban sendiri merupakan bulan yang mulia setelah malam Lailatul Qadar. Ada banyak keutamaan dari malam Nisfu Sya’ban dan salah satunya adalah malam yang menjadi malam pengabulan permohonan kepada hamba-Nya yang soleh pada malam Nisfu Syaban seperti hadits riwayat Imam Ibn Majah.

Menurut beberapa narasumber, pada malam Nisfu Sya’ban malaikat pencatat amal sehari hari manusia yakni Raqib dan Atid akan menyerahkan catatan amal manusia kepada Allah SWT. Maka dari itu, umat Muslim dianjurkan untuk melakukan amal amal kebaikan pada bulan ini.

 

 Amalan Nisfu Syaban

Ada berbagai amal yang dapat dilaksanakan pada malam Nisfu Sya’ban dan berikut beberapa amalan yang  dianjurkan utnuk dilakukan.

 

1. Membaca Doa Malam Nisfu Syaban

Membaca doa malam Nisfu Syaban menjadi amalan pertama yang  dapat saudara lakukan pada malam tersebut. adapun doanya sebagai berikut.

“Allaahumma innaka ‘afuwwun- kariimung-tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni. Allaahumma innii asalukal ‘afwa wal ‘aafiyata wal mu’aafaataddi imati fiddiini waddunyaa wal aakhiroh.”

Artinya:

“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Pemurah, Engkau suka memaafkan maka maafkanlah aku. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon maaf, afiyah, dan keselamatan yang terus-menerus dalam agama dan dunia serta akhirat.”

Adapun doa lainnya yang dapat diamalkan didasarkan pada hadits riwayat Abu Bakar bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

ينزل الله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء، إلا لرجل مشرك أو رجل في قلبه شحناء

Artinya, 

“(Rahmat) Allah SWT turun ke bumi pada malam nisfu Sya’ban. Dia akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian (kemunafikan),” (HR Al-Baihaqi).

 

2. Melaksanakan Sholat Sunnah Tasbih

Para ulama juga menyebutkan bahwa pada malam Nisfu Syaban kita dianjurkan untuk melaksanakan sholat tasbih. Hal ini diajarkan Rasulullah SAW kepada paman Beliau yakni Sayyidina Abbas ra.

 

3. Berpuasa

Rasulullah bersabda, “Bulan Syaban adalah bulan yang biasa dilupakan orang karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadhan. Bulan Syaban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku aku dalam keadaan sedang berpuasa,” (HR Abu Dawud).

 

Niat puasa malam Nisfu Syaban:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ شَعْبَانَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adaa’i sunnati Sya’bana lillaahi ta’aalaa.

Artinya: Aku berniat puasa sunnah Syaban esok hari karena Allah Ta’ala.

 

4. Membaca Surat Yasin 3 Kali

Ketika mendapati malam Nisfu Syaban kita juga dianjurkan untuk membaca yasin sebanyak 3x dengan niat yang berbeda beda. bacaan pertama diniatkan kepada Allah agar diberikan umur yang panjang, sednagkan untuk bacaan kedua diniatkan agar diajuhkan dari bala serta diberikan rezeki yang banyak, sementara untuk bacaan ketiganya diniatkan tidak tergantung hidupnya kepada orang lain dan diberikan husnul khatimah.

 

5. Membaca Al Quran dan Surat Al Waqiah

Pada malam Nisfu Syaban kita dianjurkan untuk membaca Al Quran. Surat yang dibaca selain Surat Yasin, bisa Surat Al Waqiah.

Dilansir buku ‘Aku Yakin Menjadi Kaya (Dilengkapi Do’a dan Zikir) karya Kholidin, surat Al Waqiah dibaca pada malam hari. Jika dibaca pada malam Nisfu Syaban, manfaatnya akan berlipat ganda.

 

6. Membaca Kalimat Tahlil

Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minadzdzoolimiin

Artinya: “Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”

Berapa Hari Puasa Rajab Itu?

Berapa Hari Puasa Rajab Itu?

Puasa rajab merupakan puasa sunnah yang memiliki banyak keutamaan. Rajab sendiri 4 bulan suci yang dimuliakan Allah SWT. Di bulan ini, Umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah. Bulan rajab juga menjadi bulan yang baik untuk mempersiapkan bulan ramadhan. Itu sebabnya, rajab menjadi bulan yang baik untuk berpuasa. 

 

Berapa Hari Puasa Rajab Itu?

Melaksanakan puasa di bulan rajab sebenarnya tidaklah memiliki ketentuan terkait berapa lama puasa harus dilaksanakan melainkan puasa dapat dilaksanakan berdasarkan dengan kemampuan setiap orang masing masing, misalnya 3 hari, 7 hari, bahkan sebulan penuh. 

 

Keistimewaan bulan rajab

Keistimewaan bulan Rajab dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis. Berikut bunyi ayat dan hadisnya:

Dari Abi Bakrah RA bahwa Nabi SAW bersabda:

“Setahun ada dua belas bulan, empat darinya adalah bulan suci. Tiga darinya berturut-turut; Zulqa’dah, Zul-Hijjah, Muharam dan Rajab”. (HR. Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud dan Ahmad).

Allah Ta’ala berfirman dalam QS. At Taubah: 36

”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.”

 

Puasa rajab berapa hari?

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa tidak ada ketntutan yang mewajibkan berada lama pausa rajab, melainkan dilakukan berdasarkan dengan kemamuan masing masing. puasa dapat dilakukan selama satu hari, 7 hari, 8 hari, hingga 10 hari. Puasa bulan rajab termasuk puasa sunah yang bisa dilakukan berapapun harinya karena ini merupakan bulan yang mulia. Ini sesuai dengan hadis:

Rasulullah bersabda: “Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari, maka laksana ia puasa selama sebulan. Bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu neraka jahanam. Bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu surga. Dan apabila puasa 10 hari maka Allah akan mengabulkan semua permintaannya.” (HR. At-Thabrani).

 

Puasa 27 rajab

Pada 27 Rajab, umat Islam menyambut Isra’ Mi’raj dengan penuh suka cita. Berbagai ibadah dilakukan seperti dzikir, doa, sholat sunnah dan puasa 27 Rajab. Puasa 27 Rajab termasuk dalam puasa sunnah. Pada dasarnya puasa sunnah memang dianjurkan dilaksanakan untuk memperoleh kemuliaan Allah.

Puasa sunnah dapat dilakuakan kapan saja kecuali hari-hari tertentu yang dilarang. Bulan Rajab bukan termasuk hari-hari yang dilarang berpuasa. Jadi, puasa 27 rajab termasuk puasa sunah yang punya banyak manfaat. Menurut catatan Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya, sebuah hadis mengatakan:

“Saya bertanya kepada Sa’id Ibn Jubair tentang puasa Rajab, beliau menjawab berdasarkan kisah dari Ibnu ‘Abbas bahwa Rasulullah SAW senantiasa berpuasa sampai kami berkata nampaknya beliau akan berpuasa seluruh bulan. Namun suatu saat beliau tidak berpuasa sampai kami berkata, nampaknya beliau tidak akan puasa sebulan penuh.” (HR: Muslim)

Hadis ini menunjukan Rasulullah pernah mengerjakan puasa di bulan Rajab walaupun tidak sebulan penuh.

Dalil Puasa Ramadan dalam Al Quran

Dalil Puasa Ramadan dalam Al Quran

Menjelang bulan suci ramadhan, Umat Muslim diwajibkan untuk menunaikan ibadah puasa yang akan dilaksanakan selama satu bulan lamanya. Puasa sendiri berasal dari kata kata shaum atau shiyam yang artinya menahan. Sementara berdasarkan istilah, puasa artinya menahan diri dari berbagai macam hal yang dapat membatalkan puasa yang dimulai dari terbitnya matahari hingga terbenamnya matahari.

Ibadah puasa ramadhan sendiri memiliki banyak keutamaannya, salah satunya telah dikatakan oleh Imam Al Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin bahwa puasa menjadi sangat istimewa dibandingkan ibadah lainnya. Sebab, Allah SWT akan memberikan ganjaran langsung kepada hamba-Nya.

 

Dalil Puasa Ramadan yang Terdapat dalam Al Quran

Ada sejumlah dahlil yang menerangkan terkait ibadah puasa ramadhan, salah satunya telah tercantum di dalam surat Al Baqarah, yakni pada ayat-ayat berikut ini:

 

1. Surat Al Baqarah Ayat 183

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ١٨٣

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”

 

2. Surat Al Baqarah Ayat 184

اَيَّامًا مَّعْدُوْدٰتٍۗ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَّرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِيْنٍۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗ وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ١٨٤

Artinya: “(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barangsiapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

 

3. Surat Al Baqarah Ayat 185

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ١٨٥

Artinya: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.”

 

4. Surat Al Baqarah Ayat 187

لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۚ فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عَاكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ١٨٧

Artinya: “Dihalalkan bagimu pada malam hari puasa bercampur dengan istrimu. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu sendiri, tetapi Dia menerima tobatmu dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu. Makan dan minumlah hingga jelas bagimu (perbedaan) antara benang putih dan benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa sampai (datang) malam. Tetapi jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beriktikaf dalam masjid. Itulah ketentuan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, agar mereka bertakwa.”

Apa Keutamaan Idul Fitri?

Apa Keutamaan Idul Fitri?

Idul fitri merupakan hari raya terbesar bagi umat Muslim. Idul fitri juga kerap kali disebut sebagai hari untuk berbuka, sebab sebelum merayakan hari raya Idul Fitri, umat Muslim terlebih dahulu melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh di bulan ramadhan.

 

Keutamaan Idul Fitri

Sebagai hari raya terbesar Umat Muslim, Idul Fitri memiliki cukup banyak keutamaan dan berikut beberapa keutamaan dari hari raya idul fitri.

 

1. Hari penuh kebahagiaan dan kegembiraan

Menyambut datangnya hari raya idul fitri, Umat Muslim di seluruh dunia akan berbahagia dan bersukacita. Kebahagiaan dan kegembiraan ini adalah karena Allah SWT akan menganugerahkan pahala dan ampunan kepada mereka yang berhasil menyempurnakan ibadahnya.

Allah berfirman dalam Alquran yang artinya, “Katakanlah dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58).

 

2. Hari yang baik

Hari raya Idul fitri juga menjadi hari yang baik bagi umat Muslim, sebab Idul Fitri hendaknya diisi dengan dzikir, rasa syukur dan sera ampunan. Sebab, itulah yang menjadi ciri ciri yang membedakan antara hari raya pada masa jahiliyah dengan hari raya pada masa Islam.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau sampai di Madinah, “Allah telah memberi ganti bagi kalian dua hari yang jauh lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. Ab Daud dan An-Nasa’i).

 

3. Hari kembali berbuka

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hari raya idul fitri merupakan hari kembali berbuka, sebab ketika merayakan hari raya Idul Fitri, umat Muslim dilarang untuk berpuasa dan bahkan diharamkan bagi mereka berpuasa di hari raya Idul Fitri.

 “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah keluar pada hari Idul Fitri (ke tempat shalat) sampai beliau makan beberapa kurma terlebih dahulu. Beliau memakannya dengan jumlah yang ganjil.” (HR. Bukhari).

Karena itu, disunahkan untuk makan terlebih dahulu sebelum melaksanakan shalat Idul Fitri. Dilarang pula untuk berpuasa di hari raya Idul Fitri, sebab hari itu merupakan pertanda bahwa puasa Ramadhan telah berakhir.

 

4. Hari kembali menjadi suci

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

5. Hari pembagian pahala dan ampunan

Dari ibni mas’ud RA, dari Nabi Muhammad SAW: “Tatkala umat nabi melaksanakan puasa ramadhan dan mereka keluar untuk melaksanakan salat ‘ied, maka Allah berfirman: Wahai malaikatku, setiap yang telah bekerja mendapatkan upahnya, Dan hamba-hambaku yang melaksanakan puasa ramadhan dan keluar rumah untuk melaksanakan salat Ied dan memohon upah atau ganjaran mereka, maka saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah memaafkan mereka,”

Sengajah Muntah Puasa Batal Tidak?

Sengajah Muntah Puasa Batal Tidak?

Muntah merupakan suatu kondisi dimana isi perut seperti makanan atau minuman akan keluar melalui mulut. Dalam kondisi ini biasanya disebabkan oleh masalah kesehatan atau dilakukan secara sengaja. Kondisi muntah ini sendiri dianggap dapat membatalkan puasa, namun ada beberapa ketentuan yang dalam kondisi tertentu muntah tidak membuat puasa jadi batal. Lantas bagaimana sebenarnya muntah yang membatalkan puasa dengan muntah yang tidak membatalkan puasa.?

 

Muntah yang Membatalkan Puasa dengan yang Tidak

Banyak orang yang beranggapan bahwa muntah merupakan suatu hal yang membatalkan puasa, sehingga tidak jarang orang yang telah muntah akan membatalkan puasanya dengan sengaja untuk makan dan minum. Nah agar anda tidak salah tindakan, baca penjelasan berikut.

 

Muntah yang Membatalkan Puasa

Sebelum membahas mengenai apa saja muntah yang dapat membatalkan puasa, islam sendiri telah menetapkan hukum tentang muntah ketika berpuasa yang tercantum dalam hadis berikut.

“Barangsiapa muntah dengan tidak sengaja, jika ia sedang berpuasa maka tidak wajib qadha atasnya. Dan barangsiapa muntah dengan sengaja maka wajib qadha.” (HR Abu Daud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi).

Dari penjelasan hadis tersebut dijelaskan bahwa muntah ketika berpuasa tergantung pada apakah hal tersebut dilakukan secara disengaja atau tidak. Apabila seseornag muntah secara sengaja, maka munah tersebut dapat membatalkan puasa dan wajib bagi mereka untuk menggantinya. Sementara apabila seseorang muntah secara tidak sengaja maka puasanya akan tetap sah.

Muntah yang disengaja ini misalnya seseorang memasukkan sesuatu ke dalam mulut yang pada akhirnya menyebabkan muntah, baik muntah sedikit maupun banyak. Apabila terjadinya kesenjangan tersebut, tetap akan membatalkan puasa.

Muntah yang membatalkan puasa apabila seseorang yang telah muntah secara tiba tiba kemudian menelannya kembali yang padahal ia dapat memuntahkannya. Selain dari itu, ketika muntah tersebut telah sampai ke mulutnya lalu menelannya kembali, maka ia wajib untuk mengganti puasa tersebut. Sebab dalam kondisi ini dinilai sama saja dengan menelan makanan.

 

Muntah yang Tidak Membatalkan Puasa

Puasa yang tidak membatalkan puasa terjadi apabila tidak secara disengaja muntah.Muntah ini merupakan muntah yang tidak dapat dikendalikan atau disebut dengan muntah yang menguasai diri. Jadi ketika muntah yang terjadi secara tidak sengaja maka hukumnya adalah sah untuk lanjut berpuasa.

Muntah yang dapat membatalkan puasa juga dapat meliputi muntah yang bergerak turun kembali dengan sendirinya. Jadi, jika seseorang ingin segera muntah tetapi berhenti di pangkal tenggorokan dan belum sampai ke mulut, maka puasa tidak batal.

 

Penyebab Muntah

Untuk mengantisipasi muntah yang terjadi, baik disengaja maupun tidak disengaja, ada baiknya untuk mengetahui apa penyebab seseorang bisa mengalami muntah. Berikut ini beberapa penyebab seseorang bisa muntah:

 

1. Keracunan Makanan

Beberapa jenis infeksi virus dapat menjadi salah satu penyebab dari terjadinya muntah atau mual. Seseorang dapat terkena racun ketika menelan makanan atau minuman yang didalamnya terkandung virus, bakteri atau toksin.

 

2. GERD

GERD menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya muntah pada seseorang. Sakit maag atau penyakit refluks gastroesofagus (GERD) dapat menyebabkan isi perut kembali ke kerongkongan ketika makan. Hal ini dapat menciptakan sensasi terbakar yang menyebabkan mual dan muntah.

 

3. Gastroparesis

Gastroparesis dapat membuat perut mengosongkan diri jauh lebih lambat dari yang seharusnya terjadi. Gangguan ini menyebabkan adanya beberapa gejala yang mencakup mual, muntah, merasa mudah kenyang, dan pengosongan lambung yang lambat.

Nah itualah sekilas penjelasan terkait muntah yang membatalkan puasa dnegan muntah yang tidak membatalkan puasa.

Sahur Lebih Baik Mendekati Imsak

Sahur Lebih Baik Mendekati Imsak

Bulan ramadhan merupakan bulan yang identik dengan puasa. Sebab selama bulan ramadhan, umat Muslim di seluruh dunia diwajibkan untuk berpuasa. Ibadah puasa sendiri merupakan ibadah yang diakuan dengan cara menahan lapar dan haus seharian penuh. Selain lapar dan haus, umat Muslim yang sednag berpuas ajuga diwajibkan untuk menghindari berbagai hal yang dapat membatalkan puasa.

Sebelum menunaikan ibadah puasa, umat Muslim disunnahkan untuk makan sahur. Waktu sahur biasanya dilakukan menjelang imsak. Namun sayangnya, tidak jarang banyak orang yang terkadang melewatkan waktu sahur dikarenakan bagun kesiangan, sehingga tidak jarang pula banyak yang menyantap sahur lebih awal.

Sahur memang bukan kewajiban, tapi dianjurkan oleh nabi Muhammad SAW. Hal tersebut disampaikan dalam hadist yang diriwayatkan dari Anas bin Malik: “Sahurlah karena di sana terdapat keberkahan,”(HR Bukhari: 1923). Nabi Muhammad SAW juga telah menganjurkan soal waktu yang tepat untuk makan sahur sesuai dengan sunnahnya. Anjuran itu sudah diterangkan dalam banyak hadist.

Hadist tersebut berbunyi, “Umatku berada dalam kebaikan selama menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur,” (HR Ahmad). Penafsiran kata ‘mengakhirkan sahur’ diartikan untuk makan sahur di sepertiga terakhir malam. Waktu Sahur yang Tepat Menurut Medis

Waktu sahur sangat dinantikan bagi umat muslim yang melaksanakan ibadah puasa. Waktu sahur yang tepat bukan tengah malam seperti yang banyak orang lakukan. Lebih cepat sahur, justru hal yang tidak dianjurkan, dalam ajaran Islam dan ilmu kedokteran.

Melakukan sahur di tengah malam seperti jam 12 pagi, jam 1 pagi dan jam 2 pagi bukanlah waktu yang tepat untuk sahur. Saat itu, tubuh akan lebih mudah lemas saat berpuasa keesokan harinya. Puasa bukan hanya sekedar menjaga rasa haus dan lapar, tetapi puasa merupakan upaya untuk mengontrol asupan makanan dan minuman. Waktu sahur yang benar adalah jam 3 pagi atau sebelum subuh. Sahur yang dilakukan saat ini akan membuat tubuh lebih berenergi keesokan harinya. Jangan sampai puasa benar-benar mempengaruhi kesehatan tubuh kamu. Makanan ini bekerja seperti sarapan di pagi hari. Tubuh yang jarang sarapan lebih rentan mengalami gangguan kesehatan, serta melewatkan waktu makan. Manfaat sahur bagi kesehatan yang dilakukan pada waktu sahur yang tepat dapat berdampak pada sistem pencernaan, sistem peredaran darah, dan metabolisme.

 

Waktu Sahur yang Tepat Menurut Rasulullah SAW

Jika mengikuti Rasulullah, waktu sahur yang tepat adalah mendekati subuh. Setelah sahur, seorang muslim tidak lagi tidur melainkan langsung melaksanakan sholat subuh dan kegiatan lainnya. Inilah yang menjadikan adanya segudang manfaat sahur bagi kesehatan.

“Kami telah bersahur bersama Rasulullah SAW, kemudian kami berdiri mengerjakan salat subuh. Aku bertanya kepada Zaid, ‘Berapa lama waktu antara habis sahur dengan salat subuh?’, Zaid menjawab, “Kadar membaca 50 ayat Al-Qur’an.” (HR Muslim).

Allah dan para malaikat akan bersalawat bagi orang yang melaksanakan sahur. Rasulullah SAW bersabda tentang waktu sahur yang tepat,

“Bersahur itu adalah suatu keberkahan, maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun hanya dengan seteguk air, karena Allah dan para malaikat bersalawat atas orang-orang yang bersahur (makan sahur).” (HR Ahmad).

Begadang di Bulan Ramadan Sampai Waktu Sahur, Apa Hukumnya?

Begadang di Bulan Ramadan Sampai Waktu Sahur, Apa Hukumnya?

Dalam Islam, bulan ramadhan mejadi bulan yang istimewa. Pasalnya, bulan ramadhan merupakan bulan yang menjadi ladang pahala, sebab selama bulan ramadhan, amal kebaian akan mendapat pahala yang belripat ganda dan lebih banyak dari bulan bulan lainnya. Maka tidak heran jika selama bulan ramadhan, Umat Muslim akan menghabiskan lebih banyak waktu dengan beribadah.

Salah satu ibadah yang identik dengan bulan ramadhan adalah Puasa. Ibadah puasa sendiri diawali dengan santap sahur. Meskipun shaur merupakan ibadha yang sunnah namun ada banyak keutamaan dari menyantap sahur baik dari segi kesehatan maupun keagamaan.

Namun terkadang tidak jarang banyak orang yang kerap kali melewatkan santa sahur yang disebabkan oleh berbagai kondisi, salah satunya adalah karena bangun kesiangan. Melewatkan santap sahur memang terkadang membuat kita cepat merasa lemas sebab tubuh memiliki energi yang sedikit lantaran sahur terlalu cepat. Salah satu alternatif yang dilakukan sejumlah orang dalam menjaga dirinya agar tidak melewatkan sahur adalah dengan begadang. Lantas bagaimana hukum begadang  hingga sahur di bulan ramadhan.? Berikut penjelasannya.

 

Hukum Begadang Pada Malam Ramadhan

Begadang saat bulan ramadhan sebenarnya sah sah saja asalkan selama apa yang anda kerjakan saat begadang tersebut tidak menjadi hal yang dilarang dalam agama. Agar lebih jelasnya simak penjelasan berikut.

 

1. Begadang Untuk Beribadah

Begadang untuk meningkatkan kualitas ibadah merupakan suatu hal yang baik dan juga dianjurkan, karena menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan dzikir, doa, tilawah Al-Quran, shalat dan ibadah-ibadah lainnya merupakan perkara yang sunat, khususnya pada malam-malam 10 hari terakhir Ramadhan. Sebagaimana dalam hadis Aisyah radhiyallahu’anha:

Artinya: “Adalah Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam biasa menggabungkan antara sholat (malam) dan tidur. Lalu, bila telah tiba 10 ( malam terakhir), beliau bergadang dan mengencangkan ikat pinggang”. (HR Ahmad 25136, hadis ini sanadnya dhoif namun maknanya shahih).

Namun begadang ini adalah dengan syarat tidak boleh membuat ia meninggalkan shalat subuh atau shalat zuhur karena tidur atau ngantuk pada keesokan harinya.

 

2. Begadang Untuk Berkumpul Kumpul

 Kedua: Begadang karena untuk melakukan hal-hal yang mubah seperti kumpul-kumpul untuk bercerita, makan-makan, (termasuk chating) dll ,maka hukumnya makruh, karena Nabi shallallahu’alaihi wasallam tidak suka tidur sebelum isya dan berbincang setelah isya. Sebagaimana dalam hadis shahih:[arabic-font]

Artinya: Bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam membenci tidur sebelum shalat Isya dan ngobrol-ngobrol begadang setelahnya (HR Bukhari, 568).

Ini hukumnya makruh, namun apabila sampai melalaikan dari shalat subuh atau shalat zuhur atau berbagai kewajiban lainnya karena ketiduran atau ngantuk maka begadang tersebut hukumnya haram, dan pelakunya mendapat dosa.

 

3. Begadang Untuk perbuatan Maksiat

Ketiga: Begadang untuk melakukan perbuatan maksiat dan haram seperti ngerumpi untuk menggunjing, atau mabuk-mabukkan, pacaran dll, maka tidak diragukan lagi bahwa ini hukumnya haram, apalagi bila hal ini membuatnya tidak bisa mengerjakan kewajibannya pada keesokan harinya seperti shalat subuh, zuhur, mencari nafkah dll.

Nah itulah beberapa hukum dari begadang yang berdasarkan dengan keadaan atau kondisi. Meskipun tujuan anda adalah baik, namun sebaiknya jangan terlalu sering begadang, sebab dari segi kesehatan, terlalu sering begadang dapat menimbulkan beberapa dampak yang antara lain adalah penuaan dini.

Saat begadang dan kurang tidur, tubuh Anda akan menghasilkan lebih banyak hormon stres (kortisol). Hormon ini dapat memecah dan merusak struktur kolagen pada kulit, yakni protein yang berfungsi untuk membuat kulit lebih kencang dan elastis.

Akibat sering begadang, kulit dan wajah Anda akan menjadi lebih kusam dan kering. Rusaknya kolagen di wajah pun bisa menyebabkan munculnya garis-garis atau kerutan di wajah, flek atau bintik-bintik kehitaman di wajah, serta mata bengkak dan muncul lingkaran hitam di sekitar mata (mata panda).

Nah bagaimana pendapat anda dengan begadang di malam ramadhan.? Begadanglah jika memang ada keperluan dan hindari begadang  untuk suatu hal yang tidak begitu penting.

Bagaimana Lafal Doa Berbuka Puasa?

Bagaimana Lafal Doa Berbuka Puasa?

Waktu buka puasa menjadi momen momen yang ditunggu tunggu umat Muslim yang menunaikan ibadah puasa. Berbuka adalah waktu dimana puasa berakhir dan diperbolehkan bagi umat Muslim yang telah berpuasa untuk kembali makan dan minum sebagaimana biasanya.

 

Bagaimana Lafal Doa Berbuka Puasa

Dalam Islam, berbagai hal yang hendak dilakukan dianjurkan untuk membaca doa terlebih dahulu dan termasuk juga dengan ketika hendak berbuka puasa. Aa beberapa bacaan yang dapat diucapkan ketika hendak berbuka puasa dan berikut beberapa diantaranya.

 

Bacaan Doa Berbuka Puasa Peratama

Dalam Hadis Riwayat Dari Mu’adz Bin Zuhrah Dan Abu Daud, Adapun bacaan doa berbuka puasa yang dikenal secara lebih luas tersebut yakni sebagai berikut,

Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika aftharthu.

Artinya:

“Rasulullah ketika Berbuka, beliau berdoa: ‘Ya Allah hanya untuk-Mu kami berpuasa dan atas rezeki yang Engkau berikan kami berbuka,” (HR. Abu Daud).

 

Bacaan Doa Berbuka Puasa Kedua

Semenatra untuk bacaan doa berbuka puasa selanjutnya sudah cukup banyak dikenal luas oleh umat Muslim. Sama halnya dengan bacaan doa dalam Riwayat Dari Mu’adz Bin Zuhrah Dan Abu Daud, doa yang stau ini juga termasuk doa yang sahih untuk membatalkan puasa.

Perbedaannya, hanya pada riwayat Abdullah bin Umar menjelaskan, bacaan sebelumnya hanya menerangkan tentang berbuka puasa menggunakan makanan saja. namun berbuka puasa juga senantiasa dengan minuman.

Maka dari itu, bacaan doa sebelumnya ditambah dengan sedikit kalimat, sehingga beberapa orang  dapat melafalkannya secara yang bersamaan.

Adapun bacaan doa berbuka puasa Ramadan yang juga sahih menurut Bykhari dan Muslim yakni sebagai berikut,

Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthartu dzahaba-dh-dhama’u wabtalatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya-allah ta‘ala.

Artinya:

“Ya Allah, untuk-Mulah aku berpuasa, atas rezekimulah aku berbuka. Telah sirna rasa dahaga, urat-urat telah basah, dan (semoga) pahala telah ditetapkan, insyaaallah.”

 

Bacaan Doa Berbuka Puasa Ketiga

Abdullah bin Umar menjelaskan, Rasulullah SAW juga pernah membaca lafal singkat yang satu ini,

Dzahabadh dhamâ’u wabtalatl-‘urûqu wa tsabata-l-ajru insyâ-allâh.

Artinya:

“Rasulullah ketika berbuka, Beliau berdoa: ‘Telah hilang rasa haus dan urat-urat telah basah serta pahala tetap, insyaallah.” (HR. Abu Daud)

Ketiga lafal atau bacaan berbuka puasa di atas termasuk sahih dan boleh untuk diucapkan ketika hendak akan berbuka puasa. Seperti yang sama sama kita kethaui bahwa berpuasa diwajibkan seharian penuh yang dimulai sejak terbitnya hingga terbenamnya matahari.

 

Anjuran Berbuka Puasa dari Rasulullah

Sementara itu, terdapat makanan yang dianjurkan untuk disantap guna membatalkan puasa dari Rasulullah SAW. Sebuah hadis sahih yang diriwayatkan Ahmad dan Abu Daud menerangkan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam diketahui menyantap kurma matang dan basah untuk berbuka puasa.

“Rasulullah Saw. berbuka puasa dengan beberapa kurma matang dan basah sebelum melangsungkan shalat.” (HR Ahmad dan Abu Daud)

Maka dari itu, buah kurma bisa menjadi sebagai makanan pembuka untuk membatalkan puasa, seperti apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah.. selain dari pada itu, kandungan yang terdapat pada buah kurma sangat bermanfaat bagi tubuh, salah satunya adalah dapat mengembalikan stamina.

 

Bacaan Niat Berpuasa Ramadan

Setelah mengetahui lafal atau doa dari berbuka puasa, rasanya kurang lengkap apabila juga tidak mengetahui niat berpuasa. Niat ini diucapkan ketika hendak makan sahur. Adapun niat yang dapat diucapkan.

Nawaitu shouma ghodin ‘an adaa-i fardhisy syahri romadhoona hadzihis sanati lillaahi ta’aala.

Artinya:

“Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban di bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Taala.”

Syarat Sahur Apakah Harus Tidur Dulu?

Syarat Sahur Apakah Harus Tidur Dulu?

Tidak jarang, banyak umat Muslim yang kerap kali bertanya, apakah makan sahur harus tidur dulu.? Apakah boleh begadang sambil nunggu sahur.? Nah untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut, simak terus penjelasan artikel ini hingga selesai.

 

Syarat dan Waktu Sahur

Syarat Sahur Apakah Harus Tidur Dulu?

Begadang hingga waktu sahur sebenarnya merupakan hal yang boleh boleh saja asalkan memiliki tujuan yang baik misalnya seperti begadang karena untuk beribadah. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dijelaskan pada  hadis Aisyah radhiyallahu’anha:

Artinya: “Adalah Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam biasa menggabungkan antara sholat (malam) dan tidur. Lalu, bila telah tiba 10 ( malam terakhir), beliau bergadang dan mengencangkan ikat pinggang”. (HR Ahmad 25136, hadis ini sanadnya dhoif namun maknanya shahih).

Namun begadang ini adalah dengan syarat tidak boleh membuat ia meninggalkan shalat subuh atau shalat zuhur karena tidur atau ngantuk pada keesokan harinya.

 

Waktu Sahur yang Tepat Menurut Medis

Makan sahur merupakan momen dimana umat Muslim yang hendak berpuasa memulai ibadah puasanya. Makan sahur menjadi makan terakhir sebelum akan dimulainya ibadah puasa, sedangkan berbuka merupakan akhir atau penutup ibadah puasa yang telah dilakukan selama seharian penuh.

Dalam ilmu kedokteran, makan sahur lebih awal tidaklah dianjurkan, seperti misalnya pada pukul 12, 1, dan 2 dini hari. Waktu tersebut merupakan waktu yang tidak dianjurkan karena tubuh akan lebih cepat merasa lemas dikarenakan haus dan lapar ketika berpuasa. 

Waktu yang sangat dianjurkan dar isegi medis yakni ketika ibanya pukul 3 pagi atau menjelang subuh. Sahur yang dilakukan pada waktu ini akan membuat tubuh terasa lebih berenergi pada keesokan harinya. Pastikan bahwa ibadah puasa tidak akan mempengaruhi ibadah puasa anda.

Peranan dari makan sahur sendiri, sama halnya dengan sarapan pagi. Tubuh yang jarang mendapatkan asupan sarapan akan lebih rentan terkena masalah kesehatan, begitu juga ketika anda melewatkan waktu dari makan sahur.

 

Waktu Sahur yang Tepat Menurut Rasulullah SAW

Apabila mengikuti anjuran dari Rasulullah, waktu sahur yang tepat adalah ketika hendak mendekati waktu subuh. Selepas makan sahur, seorang Muslim tidak dianjurkan untuk langsung melaksanakan shalat subuh.

“Kami telah bersahur bersama Rasulullah SAW, kemudian kami berdiri mengerjakan salat subuh. Aku bertanya kepada Zaid, ‘Berapa lama waktu antara habis sahur dengan salat subuh?’, Zaid menjawab, “Kadar membaca 50 ayat Al-Qur’an.” (HR Muslim).

Allah dan para malaikat akan bershalawat bagi orang yang melaksanakan sahur. Rasulullah SAW bersabda tentang waktu sahur yang tepat,

“Bersahur itu adalah suatu keberkahan, maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun hanya dengan seteguk air, karena Allah dan para malaikat bershalawat atas orang-orang yang bersahur (makan sahur).” (HR Ahmad).

Hal ini akan terjadi sebaliknya apabila makan sahur dilakukan terlalu dini hari yang dimana akan lebih berpeluang untuk memilih tidur kembali. Akibatnya, shalat subuh akan terlewatkan. Maka dari itu, sebaiknya waktu sahur yang  baik adalah sesuai dengan apa yang telah dianjurkan oleh Rasulullah SAW yaitu ketika mendekati sholat subuh.