Setiap memasuki tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Islam, umat Muslim akan merayakan hari raya terbesar kedua yaitu Idul Adha. Perayaan idul adha ini ditandai dengan shalat ied secara berjamaah yang dilanjutkan dengan acara pemotongan hewan ternak atau qurban.
Hewan yang akan dikurbankan biasanya terdiri dari unta, sapi, dan kambing atau domba. Setiap hewan ternak yang akan di qurban juga wajib untuk memenuhi syarat hewan qurban yaitu sehat, tidak cacat, dan lain sebagainya.
Penyembelihan qurban menurut Islam adalah untuk memadamkan ego dan keinginan pribadi kepada Allah.
Seperti diceritakan kisah Nabi Ismail dalam Alquran surat As-Safat ayat 102-107.
“Maka ketika (anak laki-laki) mencapai (usia) sanggup bekerja dengannya, (Ibrahim) berkata: “Wahai anakku! Sesungguhnya saya bermimpi bahwa saya menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab: “Wahai Ayahku! Lakukan apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu: Insya Allah, Engkau akan menemukanku, termasuk orang yang sabar. Maka ketika keduanya telah berserah diri (kepada Allah), dan dia (Ibrahim) membaringkannya anaknya atas pelisnya (untuk pengorbanan). Lalu kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh engkau telah memenuhi mimpi itu! ” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat benar. Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
Apa Makna Dari Kita Berkurban?
Secara umum, berqurban menunjukkan rasa peduli kasih antar sesama sebab setiap daging qurban akan dibagikan secara gratis kepada setiap umat Muslim yang membutuhkan dan berhak menerima atas setiap daging qurban yang diberikan. Namun dalam jika dilihat dari sudut pandang Islam, ada berbagai makna yang dapat diperoleh dari berqurban salah satunya adalah
Mematuhi Perintah Allah
Jika melihat kisah Nabi Ibrahim bersama dengan anaknya Ismail. Sebagai seorang ayah tentu beliau Nabi Ibrahim tidak mau kehilangan anaknya, namun karena perintah dari Yang Maha Kuasa beliau dengan patuh memenuhinya.
Selain itu, Allah juga mengingatkan seluruh umat manusia bahwa segala hal yang diberikan oleh-Nya adalah sebuah titipan. Meskipun hal itu sangat berharga, namun sesungguhnya tujuan akhir hanyalah rasa cinta dan ketaatan kepada Allah.
Dari kisah Nabi Ibrahim, diketahui bahwa dia telah berhasil lolos dari cobaan berat yang sangat menguji keimanan dan ketaatan kepada Allah. Di mana, Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail ikhlas mematuhi dan menjalankan perintah Allah, meskipun itu tidak diinginkan. Ternyata dengan ketulusan hati, Allah selalu mempunyai rencana baik bagi setiap hambanya yang taat kepada-nya.
Kemuliaan Manusia
Hikmah berkurban dari kisah Nabi Ibrahim selanjutnya berkaitan dengan kemuliaan manusia. Dalam hal ini, seluruh umat muslim dianjurkan untuk menghargai dan tidak meremehkan pengorbanan nyawa dan darah manusia. Di mana pada tradisi masyarakat zaman dahulu, pengorbanan nyawa seorang manusia sering dilakukan. Hal inilah yang harus dihindari, karena merupakan suatu tindakan yang haram dilakukan dalam ajaran Islam.
Selain itu, Allah juga menunjukkan kepada setiap hambanya untuk saling mengasihi satu dengan yang lain. Sebab, Allah menciptakan setiap makhluk hidup dalam kemuliaan. Karena itu, membunuh dan menyakiti satu manusia sama saja membunuh dan menyakiti manusia secara keseluruhan. Untuk itu, setiap manusia harus saling menghormati hak satu sama lain dan hidup berdampingan dengan rukun.
Hakikat Pengorbanan
Hikmah berkurban dari kisah Nabi Ibrahim dan Ismail yang terakhir yaitu tentang hakikat pengorbanan. Seperti diketahui, ibadah berkurban merupakan salah satu sikap menyedekahkan sebagian harta untuk dibagi kepada sesama.
Daging kurban yang disembelih hanya sebagai simbol dari makna pengorbanan dalam arti luas. Di mana setiap umat muslim sebaiknya dapat menyisihkan sebagian harta benda, tenaga, pikiran, waktu, dan lain sebagainya untuk saling menolong dan membantu sesama.